Sabtu, 16 Agustus 2014


                   KERAJAAN ADONARA

Sejarah lokal di Adonara didokumentasikan dari abad 16, ketika pedagang Portugis dan misionaris mendirikan posting di pulau terdekat Solor. Pada saat itu Adonara dan pulau-pulau di sekitarnya dibagi menjadi populasi penduduk pesisir dikenal sebagai Paji, dan berpenduduk pedalaman/pegunungan disebut Demon. Para Paji rentan terhadap agama Islam, sementara Demon  cenderung berada di bawah pengaruh Portugis. Daerah Paji di Adonara berisi tiga kerajaan, yaitu Kerajaan Adonara (berpusat di pantai utara pulau), KerajaanTerong dan Kerajaan Lamahala (di pantai selatan). Bersama dua kerajaan di Solor, Lohayong dan Lamakera, mereka membentuk lima kerajaan  yang disebut Watan Lema (“lima pantai”). Para Watan Lema bersekutu dengan Belanda East India Company (VOC). Kerajaan-kerajaan di Adonara sering bermusuhan dengan Portugis di Larantuka, dan tidak selalu taat kepada penguasa Belanda. Dalam perjalanan abad 19, penguasa Kerajaan Adonara (Sagu) memperkuat posisinya di kepulauan Solor. saat itu, ia juga sebagai raja dari bagian timur Flores dan Lembata. Daerah demon berdiri di bawah kekuasaan raja dari kerajaan Larantuka, yang pada gilirannya berada di bawah kekuasaan Portugis hingga 1859, ketika menyerahkan ke Belanda. Kerajaan-kerajaan dari Larantuka dan Adonara (tepat) dihapuskan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1962. Beberapa pasca kemerdekaan pejabat setempat melacak akar mereka kepada para penguasa masa lalu, yang disebut raja, dari Adonara. Ini termasuk Raja-Raja yang menguasai kerajaan adonara:
  • Foramma, c. 1650
  • Boli saya, c. 1671-1684
  • Eke 1684-1688 (dibunuh oleh orang gunung)
  • Gogok, c. 1702
  • Wuring (saudara Eke), 1688-1719
  • Boli II (anak dari Wuring), 1719-setelah 1756 diketahui penguasa
  • Jou, c. 1815
  • Lakabella Jou (anak dari Jou), c. 1832
  • Begu, d. 28 Juli 1850 (dibunuh)
  • Pela (ng) (anak Begu), 1850-1857
  • Jou (saudara Pela), 1857-1868
  • Kamba Begu (saudara Lakabella), 1868-1893
  • Bapa Tuan (anak dari Kamba Begu), sementara Raja pada tahun 1893 selama 6 bulan
  • Arkiang Kamba (Arakang; saudara Bapa Tuan, b 1866.), 1893 atau 1894 – melepasnya 18 Desember 1930
  • Bapa Ana (anak dari saudara perempuan dari Kamba Begu), Bupati dengan gelar Kapitan 1930 – 1 Desember 1935, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tahun 1935 dan dikirim ke Kupang
  • Bapa Nuhur, (anak Gela, putra Bapa Tuan, b. 1915), 1941-1947
  • Bapa Kaya, (anak dari Bapa Ana, d. 1954/12/01), Bupati 1947-1951
  • Mohamad Eke (cicit Raja Jo, 1929 -. C 1985), 1951-1962, pertama disebut Pemerintah Asst selama pemerintahan Bapa Kaya dan juga dari Kapitan Adonara

    *Jadikan sejarah sebagai senjata untuk menghadapi masa kini dan yang akan datang.


Raja Adonara pada tahun 1973 menyambut tamu dari Vatikan.

Raja Adonara, Arkian Kamba


Makam Raja Adonara

Sisa-sisa reruntuhan Kota Raja Adonara di Sagu.

Meja peninggalan Kerajaan Adonara

Raja Arkian Kamba di atas geladak kapal miliknya (1907)

Raja Adonara Kamba Begu bersama Sultan Lampung (1889)

Raja Adonara hadir sebagai mediator atau pendamai perang antara Sukutokan-Witihama

4 komentar:

  1. Terima kasih atas tulisan ttg sejarah Adonara yg cukup menarik.coba telusuri kembali tahun berapa ada kunjungan pembesar gereja katolik itu.saya ada catatan ttg hal itu

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas tulisan ttg sejarah Adonara yg cukup menarik.coba telusuri kembali tahun berapa ada kunjungan pembesar gereja katolik itu.saya ada catatan ttg hal itu

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus